Motogila.com – Bahan bakar minyak (BBM) naik bikin pemilik sepeda motor internal combustion engine (ICE) harus merogoh kocek lagi dalam melakukan mobilitas. Motor listrik digadang jadi solusi untuk mengurangi ketergantungan BBM. Seberapa hemat motor listrik?
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Hari Budianto melakukan hitung-hitungan umum perbandingan antara sepeda motor BBM dengan sepeda motor listrik. Dia secara pribadi menyatakan sudah mulai menggunakan motor listrik.
“Saya ada hitung-hitungan, kalau ada motor Rp 16 juta motor listrik itu dia sehari (habis penggunaan) bahan bakar penggantinya. Kalau motor sehari berapa? 2 liter ya. Kalau sekarang Rp 20 ribu ya per hari (Pertalite Rp 10.000/liter)? kalau dikali seminggu kerja 5 hari, berarti 100 ribu. Itu baru seminggu, kalau setahun itu ada 52 minggu, berarti ada Rp 5,2 juta bahan bakar yang dibeli setahun untuk motor bahan bakar,” kata Hari saat diskusi virtual, Kamis (16/9/2022) di rangkum dari otoDetik
Dia melanjutkan umumnya penggunaan motor listrik secara operasional bisa lebih murah. Ada selisih Rp 4 jutaan jika beralih dari motor bensin ke listrik dalam penggunaan setahun sebagai pengganti BBM.
“Kalau motor listrik jarak 60 kilometer. Kalau kita hitung watt-nya 1,2 kWH. Beban listrik kita itu kalau bayar cuma Rp 1.400, itu kan 1 kWh bisa 50 kilometer. Taruhlah kita pakai 100 km, jadi 2 kWH, Rp 2.800, dikali lima (hari kerja) berarti gampangnya Rp 3.000 kali lima, berarti Rp 15 ribu itu satu minggu, kali 52 minggu hanya Rp 780 ribu dalam setahun gantikan bensin yang tadi Rp 5,2 juta,” terang dia.
Namun permasalahannya harga motor listrik dinilai masih terlalu tinggi ketimbang motor ICE. Belum lagi ketika masa baterai sudah habis maka perlu mengganti unit dengan banderol jutaan rupiah.
“Harga motor listrik masih mahal jadi baterai komponen kontribusi harga 40-an persen dari harga kendaraan itu sendiri. Baterai ini menentukan jadi berat sama jadi mahal karena harga baterai kurang lebih di angka 300 USD per KwH,” kata Hari.
“(Motor listrik) Saya 1,2 kWh itu kalau dirupiahkan kali 300 USD masih sekitar Rp 6-7 juta. Jarak tempuhnya 50-60 kilometer,” jelas dia.
Selain itu masih terdapat keraguan terhadap motor listrik soal jaminan infrastruktur. Sebab tak jarang juga sepeda motor dipakai melintasi jarak jauh bahkan hingga antar kota di luar kemampuan baterai.
“Behaviour kita, kalau kecepatan segitu mau ke Bandung nggak usah berhenti kemana-mana, ternyata masih lebih murah bahan bakar. Market adaptionnya maish butuh waktu, nunggu baterainya murah atau nunggu baterai swap yang bisa disewakan tidak masuk hitungan motor misalnya,” ujar dia.
“Infrastruktur baterai swap itu sudah sampai. Kalau saya mau ke Bandung, sampai ke Karawang habis. Ada nggak baterai swap di situ, yang merek gua punya. Kalau nggak ada, masa gua mau charge 5 jam. Nah ini kan maket adaption jadi lambat, satu masih ragu terhadap baterainya, mahal itu, kalau nggak rusak, kalau rusak gimana?” kata Hari.